Pengaruh Model Problem Based Learning dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Penulis : Prihatin Widyastuti
Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta Indonesia
e-mail: widyastutiprihatin80@gmail.com
Abstrak
Prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi masih rendah, dibuktikan dengan nilai yang diperoleh siswa berada dibawah KKM. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan untuk menganalisis interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Subjek penelitian ini adalah 136 siswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen komparatif dengan instrumen tes dan angket. Hasil penelitian ini yaitu hipotesis pertama memperoleh nilai t hitung = 3,411 > t tabel = 1,668, hipotesis kedua memperoleh nilai t hitung = 7,091 > t tabel = 1,668, hipotesis ketiga memperoleh nilai F hitung= 11.636 > F tabel = 3,14. Simpulan penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar ekonomi antara kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model problem based learning dan directive learning, ada perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dan ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
Kata kunci: PBL, motivasi belajar, prestasi belajar
1. Pendahuluan
Pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting dilakukan guna untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan meningkatkan semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun bangsa dan Negara baik melalui pendidikan formal maupun informal (Andika et al., 2016; Maryatun & Metro, 2017) Setiap jenjang pendidikan formal mempunyai tujuan untuk dapat menciptakan serta membawa siswanya agar mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Salah satu usaha yang digunakan yakni dengan meningkatkan prestasi belajar siswa pada semua mata pelajaran salah satunya pada mata pelajaran Ekonomi.
Pada hakikatnya prestasi belajar merupakan hasil dari usaha belajar yang dilakukan oleh peserta didik, semakin baik usaha belajar siswa maka semakin baik pula prestasi belajar yang diperoleh (Inayah, 2013; Sulistyowati et al., 2012). Belajar merupakan tolak ukur yang paling utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang dalam masing-masing mata pelajaran yang diajarkan, tak terkecuali pada mata pelajaran ekonomi, prestasi belajar ekonomi merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa setelah mendapat mata pelajaran ekonomi yang diajarkan oleh guru di Sekolah (Sudikno & Yustina, 2014; Yonitasari & S, 2014). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan didapat nilai rata-rata ekonomi siswa kelas X-IPS SMA Negeri 5 Tanjung Jabung Timur menunjukkan bahwa prestasi belajar ekonomi masih berada di bawah KKM Ekonomi yang telah ditetapkan oleh guru yakni 70. Prestasi belajar ini rendah karena adanya faktor gejala umum yang terjadi pada siswa saat ini yakni dalam pembelajaran, guru hanya menerapkan model pembelajaran directive learning yang lebih menitik beratkan pada ceramah yang dimodifikasi dengan pemberian tugas sehingga kurang mendorong motivasi belajar siswa, di samping itu juga banyak siswa yang malas berpikir, mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap pendapat tersebut, sehingga nantinya mereka akan mengalami kesulitan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan prestasi belajar, guru harus mampu melakukan perubahan dalam penerapan pendekatan pembelajaran dari teacher center menuju student center sehingga guru akan mampu menggali dan memanfaatkan potensi yang ada pada diri peserta didik se optimal mungkin. Untuk menunjang terciptanya kondisi student center, guru dalam pembelajarannya haruslah menerapkan pembelajaran participative yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Aktifnya siswa dalam proses pembelajaran diperlukan minat, perhatian, dan motivasi belajar dari siswa itu sendiri (Jatmiko, 2015; Qusyairi & Sakila, 2018).
Untuk membangkitkan minat, perhatian dan motivasi belajar siswa tersebut, guru perlu melakukan reformasi pembelajaran di dalam kelas, salah satunya berani mengubah model pembelajaran yang selama ini diterapkan, yang cenderung berpusat pada guru sekarang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran problem-based learning. Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan suatu model pembelajaran yang mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis melalui pemecahan masalah yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Farisi et al., 2017; Muslim et al., 2015).
Model Problem Based Learning (PBL) sangat cocok diterapkan untuk membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dengan tahapannya berupa orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan evaluasi akan membantu siswa dalam mencari dan menemukan sendiri materi atau jawaban yang dipelajari sesuai dengan masalah yang diberikan (Abdurrozak & Jayadinata, 2016; Maryatun & Metro, 2017). Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu melatih peserta untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata, mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, proses pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik, terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, 7) peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, dan kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok (Rerung et al., 2017).
Terdapat beberapa paparan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, 2013) menunjukkan hasil bahwa (1) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode PBL dengan yang diajar dengan metode demonstrasi, (2) tidak terdapat pengaruh interaksi antara metode PBL dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi tinggi dan rendah belajar dan (3) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode PBL dengan yang diajar dengan metode demonstrasi. Penelitian yang dilakukan oleh (Janah et al., 2018) menunjukkan hasil bahwa penerapan model problem based learning berkontribusi sebesar 35,00% terhadap hasil belajar dan 19,36% terhadap keterampilan proses sains. Hubungan antara keterampilan proses sains dan hasil belajar pada pembelajaran model problem-based learning diperoleh sebesar 31,82%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem-based learning berpengaruh terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri 5 Tanjung Jabung Timur .Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Royantoro et al., 2018) menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata HOTS peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol ditinjau dari aspek kognitif menganalisis 35,6 dan 32,6, mengevaluasi 60,8 dan 63,3, serta mengkreasi 32,3 dan 16,9. Nilai signifikansi uji Wilcoxon sebesar 0,000 (sig 2-tailed < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan HOTS peserta didik yang diajar menggunakan model PBL dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap HOTS peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang problem-based learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi. Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan untuk menganalisis interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem-based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2. Metode
Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis penelitian eksperimen komparatif yaitu membandingkan antara 2 (dua) kelompok untuk menganalisis pengaruh penggunaan model pembelajaran problem-based learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini ada 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan/treatment dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran problem-based learning, setelah diberi perlakuan barulah diberi pasca uji, sedangkan kelompok lainnya yang disebut kelompok kontrol tidak diberi treatment namun tetap diberikan pasca uji.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Tanjung Jabung Timur belajar atau 238 siswa. Sampel penelitian ini adalah: siswa kelas x sehingga membutuhkan 4 kelas X IPS, Hal ini didukung oleh pendapat (Alwi, 2012) yang menyatakan bahwa untuk masing-masing unit sampel minimal 30 orang supaya hasil penelitian ini lebih valid dan akurat.
Pengambilan sampel sebesar 4 kelas (136 siswa) dari 7 kelas (238 populasi) didasarkan atas teknik quota sampling dan teknik purposive sampling. Sampel pada penelitian ini, yaitu kelas X IPS SMA Negeri 5 Tanjung Jabung Timur mewakili kelompok yang pembelajarannya menggunakan model problem-based learning .
Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya khusus untuk tes prestasi belajar yang terdiri dari Pretest dan Post Test, kemudian juga digunakan tes ter standar. Selain menggunakan tes, untuk memperoleh data juga digunakan angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa kuatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Untuk memperoleh data yang valid dan akurat Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu butir-butir tes ini dilakukan pengujian yaitu uji Reliabilitas dan uji Validitas. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, dan prosesnya dibantu dengan program SPSS Versi 24.0 windows. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pretest dan posttest serta angket untuk menganalisis perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan untuk menganalisis interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem-based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan rumus analisis data dengan rumus t test dan Analisis varians (Anova) Two Way, maka peneliti memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 windows.
3. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Data Angket dan Prestasi Belajar Ekonomi
Dalam penelitian ini, data angket prestasi belajar ekonomi siswa diperoleh setelah dilaksanakan perlakuan pembelajaran, sehingga mendapatkan hasil dari nilai rata-rata angket motivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran PBL, Directive Learning. Data skor angket motivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel 1.
Pada Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam menerapkan model pembelajaran problem-based learning yakni 15 orang dengan persentase 20,9%, sedangkan yang memiliki motivasi tinggi dalam menerapkan model pembelajaran problem-based learning yakni 53 orang dengan persentase 79,1%, ini artinya dengan metode pembelajaran problem-based learning siswa cenderung lebih banyak yang memiliki motivasi belajar tinggi.
Hasil frekuensi skor angket motivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran
directive learning disajikan pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dengan menerapkan model pembelajaran directive learning yakni 19 orang dengan persentase 26,9%, sedangkan yang memiliki motivasi tinggi dalam menerapkan model pembelajaran directive learning yakni 49 orang dengan persentase 73,1%, ini artinya dengan metode pembelajaran directive learning siswa cenderung lebih banyak yang memiliki motivasi belajar tinggi.
Hasil frekuensi skor angket motivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel 3. Pada Tabel 3 didapatkan hasil bahwa frekuensi tertinggi pada hasil posttest siswa yang menerapkan pembelajaran dengan model problem-based learning yakni pada interval nilai 75- 90 sebanyak 57 siswa dengan persentase 83,82%, sedangkan frekuensi terendah yakni pada nilai <40 dan interval nilai 75-90 dengan persentase 0%. Hal ini artinya dengan penerapan model pembelajaran problem-based learning siswa cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik
Hasil frekuensi skor angket motivasi belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel 4.
Pada Tabel 4 didapatkan hasil bahwa frekuensi tertinggi pada hasil postest siswa yang menerapkan pembelajaran dengan model directive learning yakni pada interval nilai 75-90 sebanyak 45 siswa dengan prosentase 66,18%, sedangkan frekuensi terendah yakni pada nilai <40 dan interval nilai 75-90 dengan prosentase 0%. Hal ini artinya dengan penerapan model pembelajaran directive learning siswa cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik karena mendapatkan persentase lebih dari 50%.
Pengujian hipotesis pertama, hasil perhitungan dengan memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 for Windows didapatkan hasil bahwa Sig 0,001< 0,05 atau Thitung = 3,411> Ttabel = 1,668 berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan taraf Signifikansi = 5%, maka H0 ditolak yang berbunyi:” Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan directive learning” dan H1 diterima yang berbunyi” Ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan directive learning”.
Pengujian hipotesis kedua, hasil perhitungan dengan memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 for Windows didapatkan hasil bahwa Sig 0,001< 0,05 atau Thitung = 3,411> Ttabel = 1,668 berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan taraf Signifikansi = 5%, maka H0 ditolak yang berbunyi:” Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan kelompok siswa yang mempunyai motivasi rendah” dan H1 diterima yang berbunyi” Prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi lebih tinggi yang mempunyai motivasi tinggi dibanding yang mempunyai motivasi rendah”.
Pengujian hipotesis ketiga, hasil perhitungan dengan memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 for Windows didapatkan hasil bahwa Sig 0,036 < 0,05 atau Fhitung = 4.466 > Ftabel = 3,06 berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan taraf Signifikansi = 5%, maka H0 ditolak yang berbunyi:” Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem-based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar” dan H1 diterima yang berbunyi” Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem-based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar”.
Hipotesis Pertama
Hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada hasil, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dan motivasi belajar siswa berpengaruh kuat secara signifikansi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi.
Secara teoretis dan kerangka berpikir telah dijelaskan bahwa penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran berpengaruh kuat dan signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, sebab melalui model problem based learning guru berusaha membantu dan membimbing siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom, dengan, dorongan dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri dalam kehidupan kelak (Ariswati, 2018; Chia & Chin, 2011).
Selain diperkuat oleh data-data pendukung hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis pertama, juga didukung oleh pendapat-pendapat para ahli yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning berpengaruh kuat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, menurut (Silberman, 2004) yang mengembangkan model pembelajaran ini mengatakan bahwa model pembelajaran ini bermanfaat untuk merancang format pembelajaran yang cepat dan dinamis yang bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan menguji/ melatih dan memerankan suatu lakon. Sedangkan menurut (Ngalimun, 2014) berpendapat bahwa model problem based learning dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa dan guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Sejalan dengan itu (Ngalimun, 2014) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcome) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan problem based learning yaitu (1) inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors) dan (3) ketrampilan belajar mandiri (skills for independet learning). Berpijak pada beberapa pendapat tersebut, lalu digabungkan dengan pengujian hipotesis melalui analisis data dengan rumus ttest yang memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 for windows menunjukkan angka yang signifikansi yaitu Sig 0,001 < 0,05 atau thitung = 3,411 > ttabel = 1,668 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar ekonomi antara kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model problem based learning dan directive learning.
Hipotesis kedua
Secara teoritis dan berdasarkan kerangka berpikir telah dijelaskan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, hal ini telah dijelaskan bahwa siswa yang bermotivasi bermotivasi tinggi akan memiliki kemauan yang banyak dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta memberikan arah yang tepat sesuai dengan kemampuannya guna mencapai prestasi belajar, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah pada umumnya tertinggal dan seringkali menjumpai kesulitan dalam belajarnya, serta secara intrinsik siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memperlihatkan aktivitas yang lebih tinggi dalam belajar, selain itu bila peserta didik memiliki motivasi positif akan menunjukkan minat, perhatian, ingin berpartisipasi aktif, dan terus bekerja untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Selain diperkuat oleh data-data pendukung hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis pertama, juga didukung oleh pendapat-pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah (Susanti, 2014; Wardani, 2015).
Menurut (Demirel & Turan, 2010; Diko, 2015) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu daya pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang hendak dicapai oleh siswa antara lain 1) ingin memperoleh nilai yang tinggi dan tidak kena remidi, 2) ingin lulus dari sekolah menengah atas dengan prestasi gemilang, 3) ingin memperoleh penghargaan dan sebagainya. (Winkel, 2007) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi tercapainya tujuan”.
Berpijak pada beberapa pendapat tersebut, lalu digabungkan dengan hasil pengujian hipotesis melalui analisis data dengan rumus ttest yang memanfaatkan program SPSS Versi 24.0 for windows menunjukkan angka yang signifikansi yaitu Sig 0,001 < 0,05 atau thitung = 7,091 > ttabel = 1,668 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
Secara teoritis dan berdasarkan kerangka berpikir telah dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dan motivasi belajar secara bersama-sama berinteraksi dan berpengaruh kuat serta signifikansi dalam proses pembelajaran terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini telah dijelaskan bahwa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning maka akan menciptakan pembelajar yang mandiri dan otonom, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri dalam kehidupan kelak (Muslim et al., 2015; Nukhikmah, 2013).
Selain diperkuat oleh data-data pendukung hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis ketiga, juga didukung oleh pendapat-pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran problem based learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa, menurut (Ngalimun, 2014) bahwa bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau masalah tersebut bersifat contextual, maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri pembelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar masalah seperti apa yang dimaksud dengan, mengapa bisa terjadi, bagaimana mengetahuinya dan seterusnya. Dengan demikian penerapan model problem-based learning dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan (Suprihatin, 2015). Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk dapat menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu suka ataupun tidak suka guna untuk menambah pengetahuan (Emda, 2018). Ditambahkan lagi oleh pernyataan (Sardiman, 2006) bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki salah satu ciri yaitu mencari dan memecahkan masalah, seperti penggunaan model pembelajaran permainan problem based learning akan memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya dalam bentuk menjawab pertanyaan yang dibidikkan kepadanya dengan tepat dan benar sehingga akan memperoleh nilai yang tinggi dan membanggakan serta dapat bersaing dengan teman lainnya. motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Berpijak pada beberapa pendapat tersebut, lalu digabungkan dengan pengujian hipotesis melalui analisis data dengan rumus Analisis varians (Anova) Two Way yang menunjukkan angka signifikansi yaitu Sig 0,001 < 0,05 atau Fhitung= 11,636 > Ftabel = 3,14, dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem- based learning pada pelajaran Ekonomi dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar. Implikasi serta kontribusi penelitian ini terhadap bidang pendidikan nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi.
Terdapat beberapa paparan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, 2013) menunjukkan hasil bahwa (1) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode PBL dengan yang diajar dengan metode demonstrasi, (2) tidak terdapat pengaruh interaksi antara metode PBL dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi tinggi dan rendah belajar dan (3) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode PBL dengan yang diajar dengan metode demonstrasi. Penelitian yang dilakukan oleh (Janah et al., 2018) menunjukkan hasil bahwa penerapan model problem based learning berkontribusi sebesar 35,00% terhadap hasil belajar dan 19,36% terhadap keterampilan proses sains. Hubungan antara keterampilan proses sains dan hasil belajar pada pembelajaran model problem-based learning diperoleh sebesar 31,82%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem-based learning berpengaruh terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri 5 Tanjung Jabung Timut pada materi peran pelaku ekonomi.
Dari paparan hasil penelitian relevan diatas kebaruan penelitian ini adalah variabel kontrol nya yaitu model pembelajaran directive learning yang juga menuntut tingkat aktivitas dan motivasi belajar cukup tinggi karena metode directive learning mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan langsung kepada seluruh kelas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Cahyani, 2015), hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran model pembelajaran directive learning menunjukkan bahwa siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan atau pertemuan terakhir termasuk dalam kategori baik sekali dengan perolehan nilai rata-rata 84. Sehingga penelitian ini lebih berbobot jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Simpulan pada penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan directive learning, ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan kelompok siswa yang mempunyai motivasi rendah, dan ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran problem based learning pada pelajaran ekonomi dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Abdurrozak, R., & Jayadinata, A. K. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, 1(1), 871–880. https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3580
Alwi. (2012). Kriteria Empirik dalam Menentukan Ukuran Sampel pada Pengujian Hipotesis Statistika dan Analisis Butir. Jurnal Formatif, 2(2), 140–148.
Andika, K., Suparno, & Saptono, A. (2016). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89 Jakarta. Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan, 14(1), 98–112. https://doi.org/10.21009/econosains.0141.08
Ariswati, N. P. E. A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Nanggulan. PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD, 6(4). https://doi.org/10.1590/s1809- 98232013000400007
Cahyani, R. D. (2015). Pembelajaran Tari Muli Siger Menggunakan Model Directive Learning di SDN 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung. Jurnal Seni dan Pembelajaran. Jurnal Seni Dan Pembelajaran, 3(3), 1–10.
Chia, L., & Chin, C. (2011). Problem Based Learning Tools The Science Teacher. Academic Research, 75(8), 44–49.
Demirel, M., & Turan, B. A. (2010). The Effect of Problem Based Learning on Achievement, Attitude, Metacognitive Awareness and Motivation. Hacettepe Journal of Education, 3(8), 55–66.
Diko, N. (2015). Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Problem-Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas XI SMK Negeri 1 Boalemo Di Kab. Boalemo. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 4(1).
Emda, A. (2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran. Lantanida Journal, 5(2), 172–182. https://doi.org/10.22373/lj.v5i2.2838
Farisi, A., Hamid, A., & Melvina. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 2(3), 283– 287.
Inayah, R. (2013). Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1. In Jurnal pendidikan insan mandiri (Vol. 1, Issue 1, pp. 1–13). http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s2ekonomi/article/view/1899
Janah, M. C., Widodo, A. T., & Kasmui. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses SAINS. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12(1), 2097–2107.
Jatmiko, J. (2015). Eksperimen Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Modul(Tps-M) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 3(2), 417–426. https://doi.org/10.25273/jipm.v3i2.511
Maryatun, & Metro, P. E. F. U. M. (2017). Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Genap Sma Pgri 1 Metro Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan EKonomi, 5(1), 152–159.
Muslim, I., Halim, A., & Safitri, R. (2015). Penerapan Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Elastisitas dan Hukum Hooke Di Sma Negeri Unggul Harapan Persada. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 03(02), 35–50.
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogjakarta: Aswaja Presindo. Nukhikmah. (2013). Keefektifan Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA. Journal of Elementary Education, 2(2).
Puryadi, Rahayu, S., & Sutrio. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Direct Instruction Berbantuan Bahan Ajar Berbasis Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Ipa Terapan Siswa Kelas X SMKN 4 Mataram Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 4(1), 23–32.
Qusyairi, L. A. H., & Sakila, J. (2018). Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Inside- Outside Circle (IOC) terhadap Prestasi Belajar dengan Memperhatikan Minat Belajar Matematika. Palapa: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 6(1), 34–49. https://doi.org/10.36088/palapa.v6i1.57
Rerung, N., Sinon, I. L. ., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47–55. https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.597
Royantoro, F., Mujasam, M., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Higher Order Thinking Skills Peserta Didik. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 371. https://doi.org/10.20527/bipf.v6i3.5436
Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sari, N., Wahab, W. A., & Fitryawany. (2013). Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Intruction) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gelombang Di Smp Negeri I Teunom. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 90–97. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Silberman, M. L. (2004). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Sudikno, I. ., & Yustina. (2014). Pengaruh Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah, Disiplin Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Sma Kelas XI IPS SMA PGRI 1 Taman Pemalang. Economic Education Analysis Journal, 3(1).
Sukmana, E. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Disertai Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tambusai Utara. Jurnal Mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Biologi, 2(1).
Sulistyowati, Yunik, Widiyanto, & Sukardi, F. (2012). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. Economic
Education Analysis Journal, 1(2), 1–6.
Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1).
Susanti, V. D. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Portofolio Dan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share (Tps) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Vii Smp Negeri 2 Kebonsari Tahun Ajaran 2011/2012. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 2(2), 32. https://doi.org/10.25273/jipm.v2i2.476
Wardani, D. T. (2015). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad (Student Teams Achievement Divisions) Dan Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Tahun Ajaran 2014/2015. EQUILIBRIUM : Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembelajarannya, 3(2), 105–112. https://doi.org/10.25273/equilibrium.v3i2.657
Winkel. (2007). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wulandari, S. (2013). Pengaruh problem-based learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178–191.
Yonitasari, D., & S, R. (2014). Pengaruh Cara Belajar, Lingkungan Keluarga, Dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2013/2014. EconomicEducation Analysis Journal, 3(2